- Back to Home »
- Fan Fiction , Pribadi »
- Fan Fiction With 2PM And Girl's Generation - My Destint, Taec with Me Part 5
Posted by : Unknown
Wednesday, 4 March 2015
Part 5
Dul Saram, Dul Sarang
“Hei. Ada apa denganmu?” tanya pria tampan itu
membangkitkan aku dari kematian sejenak ku (Ini lebay -_-).
“Oh Anio. Choneun Im-Yoon-A
imnida. Panggil saja Yoon-A.” Sapaku sesopan mungkin.
“Ah.. ye.. Choneun Nichkhun
imnida. Panggil saja Khunnie”
“Ah ne.. Khunnie?”
“Hmm..” jawabnya sambil
tersenyum dan membuatku terasa seperti di awang – awang ketika melihat
senyumnya.
Yah seharian itu bisa
dibilang pelajarannya membosankan dan aku menghibur diri hanya dengan melihat
wajah khunnie yang imut.
“Yoon-A-ya.. Apakah kau
mengerti pelajaran matematika ini?”
Kulirik papan tulis, Bukan
cakap sombong tapi ini pelajaran yang mudah bagiku. “Oh , Ya. Memangnya
kenapa?” tanyaku pada khunnie.
“Aku tidak mengerti. Dan
nampaknya jam pelajaran akan berakhir bagaimana kalau aku minta nomormu agar
aku bisa bertanya lebih jauh padamu”
(What? Khunnie mintak nomor hp ? Deg deg deg deg) kembali otak dan
hatiku bentrok. Tanpa berfikir panjang lagi aku mengambil ballpoint dan mulai
menulis nomor di secarik kertas.
“Oke terima kasih. Kalau ada
yang susah aku boleh bertanya padamu kan?”
“Iya silakan saja”
Tak terasa jam pelajaran
habis begitu saja. Rasanya kau ingin berlama lama di sekolah ini agar aku bisa
melihat khunnie lebih lama lagi.
“Yoon-A-Ya!” teriak seseorang
dan sudah pasti itu adalah Yu-Ri siapa lagi kalau bukan dia.
“Wae?” tanyaku sambil
berteriak pula.
“Aku pulang duluan ya!”
“Ya.”
Lalu Yu-Ri pun masuk kedalam
mobil jemputan berwarna hitam. Inilah hal yan paling malas untuk dilakukan.
Menunggu. Yah menunggu jemputan Aboji itu membosankan apalagi terkadang Aboji
itu lupa untuk menjemput karna kesibukannya meeting.
“Yoon-A-ya!” panggil
seseorang yang kemungkinan dari suaranya adalah laki laki.
Kulirik kebelakang dan
ternyata adalah Chan-Sung. “Ne Chan-Sung-a”
“Apakah kau tidak pulang?”
“Ya aku akan pulang tapi
tunggu jemputan Aboji datang.”
“Ooh. Apakah kau tak mau
pulang bersama?”
“Ah anio. Gomawo.”. Tiba tiba
hp ku berdering dan ternyata adalah Aboji.
“Yeoboseyo” kataku. “Aboji..
Mengapa Aboji begitu? Baiklah.” Kataku mengakhiri telepon.
“Ada apa?” tanya Chan-Sung
“Aboji tidak menjemput.”
“Pas sekali kalau begitu kita
pulang bersama saja”
“Ba...”
Belum selesai aku bicara tiba
tiba ada yang memanggil. “Yoon-A-ya”. Kulirik kebelakang dan dia adalah...
Khunnie
“Yoon-A-ya kamu pulang sama
siapa? Mau gak kalau aku beri tumpangan?” katanya sambil menunjuk motor
sportnya.
“Tapi....” aku jawab sambil
melihat ke arah Chan-Sung.
“Oh tak apa.Aku akan pulang
duluan. Kau pergilah bersama Khunnie.” Katanya sambil menahan rasa kecewa yang
mendalam yang tergambar di wajahnya.
Aku harus bagaimana? Apa yang
aku harus lakukan? Aku merasa aneh ketika di dekat 2 orang ini? Apakah aku
harus mengecewakan Chan-Sung yang juga tetanggaku? Atau mengecewakan Khunnie
teman yang baru saja aku kenal? Mengapa aku merasa bersalah diantara dua pria
ini?
To be
continue...
Dul Saram, Dul Sarang
“Hei. Ada apa denganmu?” tanya pria tampan itu
membangkitkan aku dari kematian sejenak ku (Ini lebay -_-).
“Oh Anio. Choneun Im-Yoon-A
imnida. Panggil saja Yoon-A.” Sapaku sesopan mungkin.
“Ah.. ye.. Choneun Nichkhun
imnida. Panggil saja Khunnie”
“Ah ne.. Khunnie?”
“Hmm..” jawabnya sambil
tersenyum dan membuatku terasa seperti di awang – awang ketika melihat
senyumnya.
Yah seharian itu bisa
dibilang pelajarannya membosankan dan aku menghibur diri hanya dengan melihat
wajah khunnie yang imut.
“Yoon-A-ya.. Apakah kau
mengerti pelajaran matematika ini?”
Kulirik papan tulis, Bukan
cakap sombong tapi ini pelajaran yang mudah bagiku. “Oh , Ya. Memangnya
kenapa?” tanyaku pada khunnie.
“Aku tidak mengerti. Dan
nampaknya jam pelajaran akan berakhir bagaimana kalau aku minta nomormu agar
aku bisa bertanya lebih jauh padamu”
(What? Khunnie mintak nomor hp ? Deg deg deg deg) kembali otak dan
hatiku bentrok. Tanpa berfikir panjang lagi aku mengambil ballpoint dan mulai
menulis nomor di secarik kertas.
“Oke terima kasih. Kalau ada
yang susah aku boleh bertanya padamu kan?”
“Iya silakan saja”
Tak terasa jam pelajaran
habis begitu saja. Rasanya kau ingin berlama lama di sekolah ini agar aku bisa
melihat khunnie lebih lama lagi.
“Yoon-A-Ya!” teriak seseorang
dan sudah pasti itu adalah Yu-Ri siapa lagi kalau bukan dia.
“Wae?” tanyaku sambil
berteriak pula.
“Aku pulang duluan ya!”
“Ya.”
Lalu Yu-Ri pun masuk kedalam
mobil jemputan berwarna hitam. Inilah hal yan paling malas untuk dilakukan.
Menunggu. Yah menunggu jemputan Aboji itu membosankan apalagi terkadang Aboji
itu lupa untuk menjemput karna kesibukannya meeting.
“Yoon-A-ya!” panggil
seseorang yang kemungkinan dari suaranya adalah laki laki.
Kulirik kebelakang dan
ternyata adalah Chan-Sung. “Ne Chan-Sung-a”
“Apakah kau tidak pulang?”
“Ya aku akan pulang tapi
tunggu jemputan Aboji datang.”
“Ooh. Apakah kau tak mau
pulang bersama?”
“Ah anio. Gomawo.”. Tiba tiba
hp ku berdering dan ternyata adalah Aboji.
“Yeoboseyo” kataku. “Aboji..
Mengapa Aboji begitu? Baiklah.” Kataku mengakhiri telepon.
“Ada apa?” tanya Chan-Sung
“Aboji tidak menjemput.”
“Pas sekali kalau begitu kita
pulang bersama saja”
“Ba...”
Belum selesai aku bicara tiba
tiba ada yang memanggil. “Yoon-A-ya”. Kulirik kebelakang dan dia adalah...
Khunnie
“Yoon-A-ya kamu pulang sama
siapa? Mau gak kalau aku beri tumpangan?” katanya sambil menunjuk motor
sportnya.
“Tapi....” aku jawab sambil
melihat ke arah Chan-Sung.
“Oh tak apa.Aku akan pulang
duluan. Kau pergilah bersama Khunnie.” Katanya sambil menahan rasa kecewa yang
mendalam yang tergambar di wajahnya.
Aku harus bagaimana? Apa yang
aku harus lakukan? Aku merasa aneh ketika di dekat 2 orang ini? Apakah aku
harus mengecewakan Chan-Sung yang juga tetanggaku? Atau mengecewakan Khunnie
teman yang baru saja aku kenal? Mengapa aku merasa bersalah diantara dua pria
ini?
To be
continue...
CREDIT BY : Febry Regina Manik (annyeonghaseyo04.blogspot.com)