- Back to Home »
- Fan Fiction , Pribadi »
- Fan Fiction 2PM & GIRL'S GENERATION - MY DESTINY TAEC WITH ME PART 3
Posted by : Unknown
Thursday, 5 February 2015
Part 3
One School One Class
![]() |
Sorry masih cover yang kemaren. Gak sempat buat cover baru |
“Mianne17. Aboji
hanya bercanda. Mereka itu sebenarnya sepupuan. Yang disebelah Taec-Yeon itu
namanya Hwang-Chan-Shung. Anak dari Ajummanya Taec-Yeon”jelas Ayah
“Oooh.. Pantas saja mereka
tidak mirip.”
Saat itu juga mereka sudah
sampai di samping mobil Aboji.
“Ah-Jussi, ada apa kemari?”
tanya Taec penuh rasa hormat.
“Ah-Jussi ingin mengantar
kalian semua. Kan kalian semua satu sekolah.”
“Mwo?” teriakku bersamaan dengan
si Taec. Wajar saja terkejut masa aku satu sekolah sama si Taec itu.
“Jinjja Aboji?18”
tanyaku. “Jeongmal Ah-Jussi?19” Si Taecpun ikut bertanya.
“Ne. Wae?20”tanya
Aboji dengan santai.
“Anio” jawab kami bersamaan.
“Aigoo. Masuklah. Nanti kita
terlambat. Taec-Yeon kamu duduk di depan, di samping Ah-Jussi. Yoon-A kamu
pindah kebelakang dan duduk dengan Chan-Sung.” Perintah Aboji.
“Mengapa aku harus pindah
Aboji?”
“Sudahlah. Tak etis jika
seorang wanita duduk di kursi depan sementara masih ada laki-laki yang harusnya
duduk di depan. Ayo anak-anak! Nanti kita terlambat. Palliwa!”
Akhirnya aku mengalah dan
duduk seperti yang di perintahkan oleh Aboji. Aku duduk disamping Chan-Sung
yang baru aku kenal nama dan wajahnya saja. Apakah dia sama dengan si pengacau
Taec? Ah kelihatannya tidak. Wajahnya saja jauh lebih kalem daripada si Taec.
Kupandaangi Chan sambil otakku penuh dengan banyak argumentasi tentangnya.
Merasa tertekan oleh
pandanganku, Chan pun menoleh kepdaku. “Mwo aniya?21” tanya nya sopan.
Deg deg deg deg. Hatiku berdetak tak karuan.“Oh, Anio” jawabku grogi karena
ketahuan memperhatikannya.
“Tampaknya kalian lebih cepat
akrab di banding yang Aboji kira. Baguslah.” Kata Aboji berusaha mencairkan
suasana.
Tak ada jawaban. Aku hanya
melihat ke jendela kiri sambil memegangi pipiku yang memerah sementara Chan
kesebelah kanan. Hening. Hingga akhirnya tak terasa sudah sampai di sekolah.
“Aku pergi Aboji. Gomaoyo
Aboji.” Pamitku sambil menyalam tangan Aboji.
“Gamsahamnida Ah-Jussi22.”
Kata si kembar tak jadi hampir bersamaan.
“Oh, Ye. Cepatlah kalian
pergi sekolah.”
“Ne” kata kami bersamaan
Hanya secepat mata berkedip
Yu-Ri sudah menghampiriku. “Yoon-A-ya” Teriaknya berusaha memanggilku.
“Oh, Yu-Ri-Ya. Pogo sipheoyo23”
kataku melebaykan suasana. Padahal hampir setiap hari kami menggunakan video
call.
“Ya, Yoon-A-Ya. Du Namjaeyo,
Nuguya24?”
“Oh. Mereka tetanggaku”
“Oooh. Arraso25.
Kwon-Yu-Ri Imnida. Annyeonghaseyo” Katanya memeperkenalkan diri sambil menunduk
sebagai budaya orang Korea.
“Ne Ok-Taec-Yeon Imnida.
Annyeonghaseyo”. “Choneun Hwang-Chan-Sung Imnida.” Balas mereka berdua.
“Sudah tahap perkenalannyakan?
Yu-Ri-Ya. Ayo kita ke kantin. Aku haus. “
“Tapi...” Katanya penuh
keraguan
“Aku yang traktir!” kataku
berusaha menebak apa yang difikirkan olehnya.
“Ukay Saesangnim. Let’s Go”
Katanya bersemangat.
Baru melangkahkan satu
langkah, tiba-tiba bel sekolah disamping telingaku berbunyi. “Oh,Aigoo” Aku
kaget setengah mati.
“Aish. Jinjja. Baru saja akan
ditraktir bel ini sudah berbunyi.” Kesal Yu-Ri.
“Gaja. Kita harus berbaris.” Kataku
sambil berjalan menuju lapangan.
Suasana dilapangan sangat
ramai. Penuh sesak. Aku memprediksikan ada 1500 murid baru dan tidak sampai
setengah yang akan diterima di sekolah ini.
“Murid murid segeralah mencari
tempat. Saya akan membacakan nama nama siswa yang di terima.” Perintah seorang
laki laki paruh baya oh mungkin lebih cocoknya laki laki dewasa dengan bet nama
Gu-Song-Min.
Langsung saja aku dan Yu-Ri
duduk di barisan paling depan. Seperti
biasa jika sudah ada begini pasti ada yang namanya ceramah, dan itu hal
yang paling membosankan. 10 menit berlalu ceramahpun selesai. Inilah moment
yang paling ditunggu-tunggu. 11A namaku dan Yu-Ri belum dipanggil, 11B juga
tidak, 11C Juga tidak, 11E juga tidak. Aigoo, disekolah ini kan Cuma ada kuota
6 kelas. Apakah aku akan gugur dan harus mencari sekolah lain?
“Kwon-Yu-Ri” Teriak bapak
Gu-Song-Min didepan mikrofon yang dipegangnya. “Sunny” Teriak bapak itu lagi.
“Hwang-Chan-Sung dan Tinggal 2 orang lagi” kata bapak itu membuat jantungku
berdetak tak menentu. Sedikit saja berhenti mungkin aku akan....
“Im-Yoon-A dan terakhir
Ok-Taec-Yeon” teriak bapak itu. “Mwo?” Batinku. Aku harus senang karna diterima
di sekolah ini atau harus kesal karna sekelas dengan si Taec itu? Eotteke
eotteke? Taec-Yeon, lagi?
To Be Continue..
Keterangan:
17 maaf
18 Benarkah Ayah?
19 Benarkah Paman?
20 ya. Kenapa?
21 Ada apa?
22 Terima kasih paman
23 Aku Rindu kamu
24 Hei Yoon-A. Siapa kedua pria ini?